Kamis, 20 Desember 2012

Makanan Hasil Kebun Sendiri Lebih Aman


** Kajian Hidup Sehat & Cara Penyembuhan Kaum Sufi


Pemilihan makanan merupakan masalah paling penting. Sebab hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa sumber kesehatan itu berasal dari pemilihan makanan yang tepat. Tanpa memperhatikan pemilihan makanan sangat mustahil seseorang bisa hidup sehat secara maksimal.


Dari mana produk makanan dibeli? Dari mana asal makanan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kerap kali terlontar di kalangan sufi sewaktu mereka akan menetapkan daftar menu makanan yang tepat dan ideal. Tidak cuma sampai di situ, sistem perawatan tumbuhan yang menghasilkan bahan makanan dipertanyakan.
Sebab itu, bagi kaum sufi cara mengkonsumsi makanan yang paling aman, adalah jika makanan itu berasal dari hasil kebun sendiri. Paling tidak berasal dari perkebunan yang tidak jauh dari lokasi tempat tinggalnya. Sehingga tahu persis latar belakang perawatan sampai bahan organik yang digunakan. Misalnya bawang atau tomat yang dalam perawatannya mengandung obat atau pestisida yang berlebihan tentunya tidak baik untuk kesehatan. Karena itu, ada kata-kata bijak berlaku di kalangan kaum sufi, “Kita jangan melepaskan bawang tetangga kita demi mendapat bawang yang dimuat di truk dari tempat yang jauhnya seribu mil,”.
Tentu saja, jika tinggal di daerah yang tidak tumbuh bawang dan kentang, maka biasanya orang tidak akan makan makanan khusus itu. Orang eskimo, misalnya, jarang sekali makan piasang karena di sana tidak tumbuh pisang. Contoh lain, orang yang masuk ke pasar swalayan sering merasa puas melihat tumpukan makanan yang benar-benar berlimpah-ruah. Padahal, siapa tahu hampir semua makanan termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran segar telah berkimia.
Orang boleh saja kagum bisa memperoleh mangga Mesir, buah delima Bolivia, dan pisang Meksiko dari toko makanan di simpang jalan, tetapi belum tentu semua itu bermanfaat.
Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti dalam bukunya Penyembuhan Cara Sufi mengatakan, nasihat yang konevesional tentang pemilihan makanan menekankan pada anjuran agar mengkonsumsi kelompok makanan utama setiap hari. Sebagian orang agak memperhalus pola pikir tersebut dan menyarankan agar memilih seluruh biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang sedang musim, dan sebagianya.
Sebagian lainnya menawarkan analisis tentang kandungan vitamin, mineral, dan gizi dari makanan sebagai kunci untuk makanan yang sehat. Kaum sufi melihat masalah ini dengan agak berbeda. Karena mereka melihat ruhani atau hakikat dari tubuh sebagai hal yang sangat penting, maka begitu pula mereka menganggap hakikat makanan sebagai unsur yang sangat penting.
Untuk sementara anggaplah bahwa kita telah memilih makanan yang tepat dan benar-benar bermaksud baik untuk memberi makan keluarga dan sahabat. Tahap berikutnya adalah memasak makanan yang sebenarnya. Sudah berkali-kali dikatakan bahwa rumah sakit yang paling penting di dunia adalah dapur sendiri, karena di sinilah esensi makanan digali, dan kesehatan dapat diperoleh.
Jika makanan dipersiapkan dengan benar mempergunakan cukup waktu untuk setiap tahap persiapan maka hal yang pertama terjadi di dapur adalah semburan aroma yang sangat menyenangkan. Ketika bawang dipanaskan dalam minyak sayur, umpamanya maka minyak dan esensi makanan yang mudah menguap terbang ke udara.
Ketika menambahkan rempah-rempah seperti kayu manis, jahe, kapilaga, dan bumbu-bumbu harum yang serupa, maka siapa pun yang masuk ke dalam rumah dan mencium kepulan bau masakan yang sangat sedap ini akan dengan serta merta tergiur. Bau merupakan masalah penting dan memang saat ini banyak orang yang tertarik pada sari (esens) tumbuh-tumbuhan -termasuk rempah-rempah— dan efeknya terhadap kesehatan. Tubuh merespon semua bau ini dengan beragam cara. Ketika hidung menicum bau masakan tertentu, informasi disampaikan ke organ-organ tubuh bagian dalam bahwa suatu makanan sedang dipersiapkan.
Selain itu, esensi minyak yang menguap karena pemanasan, dapat mengubah sendiri tabiat organ-organ tubuh bagian dalam dan karenanya sangat mempengaruhi kesehatan. Setidak-tidaknya, bau wangi masakan menyebabkan tubuh menutup pencernaan makanan sebelumnya. Bila seseorang masuk ke ruang makan hanya beberapa saat sebelum makan, sehingga tidak mencium bau masakan sebelum makan, maka hilanglah sebagian dari tahap awal pencernaan yang sangat penting. Sesungguhnya proses pencernaan benar-benar dimulai pada saat ruhani memiliki gambaran tentang suatu makanan. (mis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar